Bandar Lampung, (Nurani Rakyat)-
Alumni MAPK, MAKN, dan IAI (lintas angkatan) MAN 1 Bandar Lampung menggelar acara Reuni dan Halal bi Halal para alumni pada hari Sabtu, (21/12/2024). Acara ini berlangsung di Gedung Serba Guna MAN 1 Bandar Lampung yang diikuti secara antusias dan penuh kehangatan.
Acara yang dihadiri oleh ratusan peserta alumni ini digelar dengan tujuan untuk merajut silaturahim dan mengenang masa lalu sesama alumni MAPK, MAKN dan IAI, MAN 1 Bandar Lampung.
Harapannya dengan diadakan acara reuni ini hubungan sesama alumni dapat selalu terjalin erat.
Reuni sekolah merupakan kegiatan berkumpul dan menjalin persaudaraan beberapa teman semasa sekolah.
Ada banyak kenangan dan kejadian di masa sekolah yang tak mudah dilupakan. Reuni adalah moment spesial bagi banyak orang untuk bernostalgia mengenang dan berbagi cerita.
Berkumpul bersama teman lama yang puluhan tahun tidak bertemu tentu akan membangkitkan memori kenangan masa di sekolah.
Antusias dan suasana kehangatan peserta terlihat dari senyum peserta yang mengikuti reuni tersebut.Ratusan alumni Madrasah Program Khusus (MAPK), Madrasah Aliyah Khusus Negeri (MAKN), dan Ilmu Agama Islam (IAI) MAN 1 Bandar Lampung mengikuti reuni yang dilaksanakan di GSG MAN 1 Bandar Lampung.
Kegiatan tersebut dihadiri para pengajar di antaranya yaitu KH Wahidin Rais, Prof. DR. Syarifudin Basyar, M.Ag. KH Ahmad Ishomuddin, Ustadz Zulkifli, Ustadz Ridwan Hawari, Ustadz Ahmad Yani, Ustadz Basuki Asyamir, dan lainnya.
KH. Wahidin Rais, salah seorang ustadz/pengajar di sekolah tersebut mengatakan, "Santri MAPK, MAKN, dan IAI dalam setiap harinya berhadapan dengan bertutur kata Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di asramanya. Mereka inilah yang 'sanad keilmuannya bersandar kepadanya."
Ditambahkan Ustadz Wahidin kembali bahwa, Alumni asrama MAPK, MAKN, dan IAI kini sudah banyak yang bermunculan di bidang profesinya masing-masing, baik menjadi Rektor IAIN Manado, Kepala Kemenag Kota Jakarta Timur, Hakim, Dosen, Pengusaha, Guru, dan sebagainya.
"Kegiatan ini diselenggarakan untuk para alumni bertemu kembali dengan para guru, dan tenaga kependidikan ketika menempuh pendidikan. Selain itu, juga untuk menjalin silaturahim antara alumni lintas angkatan," tuturnya.
Hal senada diungkapkan Ustafz KH. Ishomuddin, eksistensi MAPK ini diawali atau didirikan pada masa Menteri Agama Munawir Syadzali. Kemudian di Lampung dirintis oleh adalah KH. Farid Hambali dan KH. Habib Abdullah Syahid Assegaf.
"MAPK ini awalnya didirikan pada tahun 1987 di 5 daerah yaitu Padang Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember dan Ujung Pandang. Lalu pada tahun 1990 dibuka lagi di Lampung, Surakarta, Mataram dan Martapura," jelasnya.
Selanjutnya alumni-alumni MAPK, MAKN, dan IAI inilah cikal bakalnya muncul bibit pelajar yang unggul di bidang keagamaan, seperti menghafal Al-Qur'an, membaca kitab kuning, berbahasa Arab dan Inggris.
Dalam perjalanannya MAPK di Lampung berubah nama menjadi MAKN, dan jurusan IAI yang saat ini berada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung.
Secara nasional lebih dari tiga dasawarsa Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) berdiri. Sejak dirintis tahun 1987 'pesantren negeri' yang merupakan 'ijtihad jenius dan futuris' mantan Menteri Agama RI zaman Orde Baru, Munawir Sadzali, sudah melahirkan puluan professor, ratusan Doktor alumni dalam dan luar negeri, penceramah agama, pejabat publik, praktisi hukum, jurnalis, pengamat politik, ahli ekonomi, dosen PTAIN, anggota TNI/Polri, hingga entrepreneur sukses.
Sejarah membuktikan bahwa MAPK merupakan ruh dari lembaga pendidikan yang ada di bawah Kementerian Agama. Sebab, melalui MAPK ini karakteristik madrasah dengan kekhususan 'tafaqquh fi al-din' masih bisa dipertahankan. MAPK merupakan asset berharga yang wajib dipelihara dan dilestarikan bahkan dikembangkan keberadaannya agar tetap bisa menjadi kebanggaan bersama.
Saat awal pendirian, hanya terdapat lima MAPK se-Indonesia yakni di Jember, Padang, Ciamis, Makassar, dan Solo. Selanjutnya, program serupa berkembang di banyak tempat, khususnya di Provinsi Lampung. Hingga pada akhirnya pemerintah mengubah nama MAPK menjadi MAK pada tahun 1994 yang akhirnya program ini resmi ditutup oleh pemerintah pada tahun 2005. (*)